Minggu, 14 Februari 2010

as-Sayyid Muhammad ibn Alawi Al-Maliki: Pembina Calon Ulama’ Indonesia (1)

Bismilahirrahmanirrahim Walhamdulillahi Rabbil ‘aalamiin Wassholatu Wassalamu `Ala Rasulillah, Wa’ala Aalihie Washohbihie Waman Walaah amma ba’du…

Berbicara tentang pesantren di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara, serta para kyai dan ulama pengasuhnya, tak bisa dilepaskan dari sang ‘aliim dari Makkah ini, (Almarhum) as-Sayyid As-Syaikh Muhammad ibn ‘Alawi ibn ‘Abbas al-Maliki al-Hasani al-Makki. Seorang ‘aliim yang mewarisi pekerjaan dakwah ayahanda dan kakekndanya, membina para santri dari berbagai daerah dan negara di dunia Islam, di tanah suci ummat Islam, Makkah al-Mukarromah. Ayahanda (atau mungkin Kakeknda) beliau adalah salah satu guru dari ulama-ulama sepuh di Indonesia, seperti Hadratus Syaikh K.H. Hasyim Asy’ari, KH. Abdullah Faqih Langitan, dan lain-lain. Dunia Islam kehilangan salah satu ulama terbesarnya di abad ini, setelah wafatnya beliau medio Ramadan tahun 1425H yang lalu. Muslimdelft.nl menampilkan biografi beliau, sebagai ulama pertama dari luar Indonesia yang kami muat di rubrik biografi ini. Insya Allah, kita akan membaca beberapa kenangan dan kisah hidup beliau dari beberapa murid dan santri yang pernah mendapatkan ilmu dan barakah lewat beliau. Selamat membaca dan menikmati!


Tentang as-Sayyid Muhammad ibn ‘Alawi

oleh Dr. G. F. Haddad

As-Syaikh as-Sayyid Dr. Muhammad ibn as-Sayyid ‘Alawi ibn as-Sayyid ‘Abbas ibn as-Sayyid ‘Abdul ‘Aziz al-Maliki al-Hasani al-Makki al-Asy’ari asY-Syadzili adalah seorang pendidik Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan cahaya dari Rumah Nabi sall-Allahu ‘alaihi wasallam di zaman kita saat ini, seorang ‘alim kontemporer dalam ilmu hadits, ‘alim mufassir (penafsir) Quran, Fiqh, doktrin (‘aqidah), tasawwuf, dam biografi Nabawi (sirah), beliau saat ini adalah otoritas yang paling dihormati di kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah di Ibu dari segala kota. Baik ayahandanya (wafat 1971 CE) maupun kakek beliau adalah para imam dan pimpinan para khatib (penceramah) di Kota Suci Makkah., seperti juga Sayyid Muhammad sendiri sejak permulaan 1971 hingga 1983, saat mana beliau dicekal dari kedudukannya setelah penerbitan kitab beliau Mafahim Yujib an Tusahhah.

Sayyid Muhammad dididik semenjak kecil oleh ayahanda beliau dalam sumber-sumber keislaman, selain pula oleh ulama-ulama Makkah terkemuka lainnya, seperti Sayyid Amin Kutbi, Hassan Masshat, Muhammad Nur Sayf, Sa’id Yamani, dan lain-lain. Beliau memperoleh gelar Ph.D-nya dalam Studi Hadits dengan penghargaan tertinggi dari Jami’ al-Azhar di Mesir, saat beliau baru berusia dua puluh lima tahun. Beliau kemudian melakukan perjalanan dalam rangka mengejar studi Hadits ke Afrika Utara, Timur Tengah, Turki, Yaman, dan juga anak benua Indo-Pakistani, dan memperoleh sertifikasi mengajar (ijazat) dan rantai transmissi (isnad) dari Imam Habib Ahmad Mashhur al-Haddad, Syaikh Hasanayn Makhluf, Ghumari bersaudara dari Marokko, Syaikh Dya’uddin Qadiri di Madinah, Mawlana Zakariyya Kandihlawi, dan banyak lainnya.

Shaykh Sayyid Muhammad telah mengarang lebih dari seratus buku, monograf, dan artikel-artikel dan bahasa Arab tentang berbagai topic dalam ilmu-ilmu keislaman. Di antara karya-karya beliau yang paling terkenal, adalah:

· Abwab al-Faraj (“Gerbang-gerbang Pengiriman”) [Kairo: Dar al-Ja’fari, tanpa tahun], sebuah manual yang mendeskripsikan tentang doa munajah, dan bacaan untuk berbagai situasi dari Qur’an, Sunnah, dan para Imam Islam, disertai deskripsi akan adab/tata cara bagi sang pendoa. Buku ini berisi pula resep yang berharga untuk membaca Fatihah secara sering.

· Al Anwar al-Bahiyyah min Isra’ wa Mi’raj Khayr al-Bariyya (“Cahaya-cahaya Menakjubkan dari Perjalanan Malam dan Naiknya Sang Ciptaan Terbaik”) [edisi kedua, Riyadh: tanpa penerbit, 1998], sebuah monograph yang mengumpulkan seluruh riwayat-riwayat sahih tentang perjalanan malam (Isra’) Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam serta naiknya beliau ke langit (Mi’raj) dalam suatu narasi tunggal.

· Al-Bayan wa at-Ta’rif fi Dzikra al-Mawlid as-Syarif (“Penjelasan dan Definisi Perayaan Mawlid yang Mulia”) [diterbitkan as-Sayyid Muhammad Alawi 1995], sebuah antologi singkat akan teks dan sya’ir yang terkait dengan subjek Mawlid.

· Hawl al-Ihtifal bi Dzikra al-Mawlid an-Nabawi as-Syarif (“Berkaitan dengan Peringatan Hari Kelahiran Nabi sall-allahu ‘alaihi wasallam”) [ed. 10, Cairo: Dar Jawami’ al-Kalim, 1998], kumpulan detail dari bukti dan dalil yang diajukan ulama akan kebolehan merayakan mawlid. [untuk topik ini, lihat pula kitab karya ‘Izz ad-Din Husayn as-Syaikh, al-Adilla as-Syar’iyya fi Jawaz al-Ihtifal bi Milad Khayrul Bariyya] (1993).

· Al-Husun al-Mani’a (“Benteng-genteng Tak Terkalahkan”), sebuah buklet tentang ibadah harian yang dipilih dari Sunnah dan praktek para Salaf.

· Huwa Allah (“(Dia adalah Allah)”), sebuah statement akan doktrin Sunni untuk menolak penyimpangan kaum anthropomorphisme (mujassimah).

· Khulasa Shawariq al-Anwar min Ad’iya as-Sada al-Akhyar (“Ringkasan Cahaya-cahaya yang Terbit dari Doa-doa Shuyukh Terpilih”), sebuah manual munajat diambil dari Sunnah dan para Imam Islam. Berisi antara lain doa-doa bernilai tinggi, seperti hizb Imam an-Nawawi yang dimulai dengan kata-kata:

Dengan nama Allah, Allah Maha Besar! Aku berkata atas diriku, agamaku, istri-istriku, anak-anakku, hartaku, teman-temanku, Agama mereka, dan harta mereka, seribu kali “Tak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah Yang Tinggi Yang Agung.”

· Al-Madh an-Nabawi Bayn al-Ghuluww wa al-Insaf (“Pujian pada Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam, Antara Berlebihan dan Kepantasan”) [Kairo: Dar Wahdan, tanpa tanggal], sebuah studi dengan contoh-contoh dari Qur’an, Hadits, Komentar-komentar, dan sya’ir menunjukkan bahwa memuji Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam adalah bagian dari kesempurnaan Islam seseorang, dan bukannya sebagaimana kalian mereka yang dengki, berlawanan dengan hadits: “Jangan memujiku berlebihan (laa tutruunii) seperti kaum Kristen memuji berlebihan ‘Isa bin Maryam [yaitu dengan menuhankannya].” [diriwayatkan dari ‘Umar oleh Bukhari, Ahmad, Malik, dan ad-Darimi].

· Mafahim Yujib an Tusahhah (“Koreksi-koreksi yang Perlu atas Beberapa Kesalahpahaman”) [ed. 10, Madinah 1999], mungkin adalah pernyataan kontemporer paling penting dari Ahl as-Sunnah atas ajaran-ajaran “Salafi”. Dalam buku ini, Syaikh Muhammad ibn ‘Alawi menuliskan bukti-bukti dan posisi dari Imam-Imam AhlusSunnah terhadap topik-topik seperti tasawwuf, tawassul, syafa’at Nabi Sall-Allahu ‘alaihi wasallam, peringatan hari kelahiran beliau atau Mawlid, mazhab Asy’ari, dan lain-lain dengan dokumentasi yang ekstensif, termasuk dari sumber-sumber yang diklaim sebagai autoritatif bagi Salafi sendiri.

· Mafhum at-Tatawwur wa at-Tajdid fi Shari’a al-Islamiyya (“Apa yang Dimaksud dengan Pertumbuhan dan Pembaharuan dalam Hukum Islam”).

· Manhaj as-Salaf fi Fahm an-Nusus Bayn an-Nazariyya wa at-Tatbiq (“Metodologi para Pendahulu dalam Memahami Teks: Teori dan Praktik”), karya terakhir beliau, sebuah kelanjutan dan update dari Mafahim.

· Muhammad sall-allahu ‘alayhi wasallam al-Insan al-Kamil (“Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam Manusia Sempurna”) [ed. 4 Madina: Matabi’ ar-Rasyid, 1990], suatu ringkasan komprehensif akan sifat-sifat (atribut) Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam dengan penyampaian seperti kitab-kitab Syamail [e.g. at-Tirmidzi, as-Syama’il; al-Qadi ‘Iyad, as-Syifa’; al-Baghawi, al-Anwar fi Syama’il an-Nabi al-Mukhtar; Abu Nu’aym, al-Bayhaqi, dan lainnya: Dala’il an-Nubuwwah, al-Qastallani, al-Mawahib al-Laduniyya dan komentarnya oleh az-Zurqani; as-Suyuti, al-Khasa’is al-Kubra dan ar-Riyad an-Aniqa; Syams ad-Din Muhammad ibn Yusuf as-Shami as-Salihi, Subul al-Huda wa al-Rashad fi Sira Khayr al-‘Ibad, dikompilasi dari lebih tiga ratus sumber; an-Nabahani, Shawahid al-Haqq; Shaykh ‘Abd Allah Siraj ad-Din, Sayyiduna Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam, dan lain sebagainya]. Bab-babnya memiliki judul-judul antara lain:

“Kesempurnaan Keutamaan-keutamaan Beliau dan Sifat-sifat Sucinya.”

“Kesempurnaan akan Kesuciannya dari Cacat dan Aspek-aspek yang Dipertanyakan, dan Penjagaan Allah atas Beliau dari Musuh-musuh, Setan dan Serangan serta Gangguan.”

“Kesempurnaan Keutamaannya yang Mulia dan Karakter Pribadinya yang Tak Tertandingi”

“Kesempurnaan Kebijaksanaanya dalam Pemerintahan dam Kepemimpinan Militer.”

“Kesempurnaan Perilakunya dalam Pemerintahan dan Pendidikan Ummatnya, dan Interaksi Penuh Perhatian darinya dengan Mereka secara Umum, dan dengan Keluarga Beliau dan Sahabat-Sahabatnya secara khusus.”

“Kesempurnaan Hukum Beliau dan Pemenuhannya atas Kebutuhan Manusia serta Kebersesuaian dengan Semangat Waktu tanpa Adanya Perubahan ataupun Penggantian.”

· Al-Mustashriqun Bayn al-Insaf wa al-‘Asabiyya (“Orientalis Antara Kejujuran dan Prasangka”) [Jeddah: Matabi’ Sahar, 1982], sebuah survey singkat akan celah kekurangan literature tentang Islam oleh non-Muslim.

· Al-Qawa’id al-Asasiyya fi ‘Ulum al-Qur’an (“Kaidah-kaidah Mendasar dalam Ilmu-ilmu Al-Quran”) [Makkah: diterbitkan pengarang, 1999], sebuah pendahuluan atas kitab karya Dr. Nur al-Din ‘Itr, ‘Ulum al-Quran al-Kariim (“Ilmu-ilmu Quran Mulia”). [edisi ke-6, Damascus: Matba’a al-Sabah, 1996].

· Al-Qawa’id al-Asasiyya fi Usul al-Fiqh (“Kaidah-kaidah Mendasar dalam Usul Fiqh-Prinsip-prinsip Hukum”) [Makkah, diterbitkan penerbit, 1999], sebuah pendahuluan dan pengenalan akan buku dua jilid karya Dr. Wahba al-Zuhayli, Usul al-Fiqh al-Islami [Damascus: Dar al-Fikr, 1986].

· Al-Qudwa al-Hasana fi Manhaj ad-Da’wah ila Allah (“Teladan Luhur dalam Metode Da’wah Memanggil Orang Lain menuju Allah”) [ed. 10, Madinah, 1999].

· Qul Hadzihi Sabili (“(Katakan: Inilah Jalanku) (12:108)”), sebuah manual ringkas tentang doktrin dan akhlaq Islami.

· Ar-Risala al-Islamiyya Kamaluha wa Khuluduha wa ‘Alamiyyatuha (“Pesan Islam: Kesempurnaannya, Keabadiannya, dan Keuniversalannya”) [Editor: Najih Maymun al-Indonisi. Jeddah: Matabi’ Sahar, 1990]

· Shifa’ al-Fu’ad bi Ziyara Khayr al-‘Ibad (“Penyembuh Hati berkenaan dengan Ziyarah Sebaik-baik Manusia”), yang menerangkan bukti-bukti dan posisi para Imam Ahlus Sunna akan subjek bepergian mengunjungi Nabi sall-Allahu ‘alaihi wasallam, dengan tujuan untuk memperoleh barakah (tabarrukan) dan syafa’ah (tasyaffu’an).

· At-Tali’ as-Sa’id al-Muntakhab Min al-Musalsalat wa al-Asanid (“Bulan Baru Kebahagiaan: Pilihan atas Hadits-hadits dan Isnad-isnad Serupa”). [edisi ke-2. Makkah: Matabi’ al-Safa, 1992]

· Tarikh al-Hawadits wa al-Ahwal an-Nabawiyya (“Peristiwa-peristiwa Bersejarah dan Penanda dalam Kehidupan Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam”) [ed 12. Jeddah: Matabi’ Sahar, 1996],

· Al-‘Uqud al-Lu’lu’iyya bi al-Asanid al-‘Alawiyya (“Kalung Mutiara: Isnad-isnad ‘Alawi”) [edisi 2], sang Syaikh mencantumkan rantai transmisi yang beliau terima dari ayahnda beliau, as-Sayyid ‘Alawi ibn ‘Abbas al-Maliki.

· Wa Huwa bi al-Ufuq al-A’la (“(Dan Dia di Cakrawala yang Paling Tinggi) (53:7)”), sebuah komentar paling komprehensif hingga saat ini akan perjalanan malam dan naikna (Isra’ Mi’raj) Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam, berisi lebih dari empat puluh karya yang khusus tentang subjek tersebut. Sebuah karya sandingan dari karya Syaikh lainnya al-Anwar al-Bahiyya, buku ini berisi komentar detail atas ayat-ayat yang terkait dengan melihat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dokumentasi lengkap atas riwayat-riwayat releven yang sahih.

Sayyid Muhammad ibn ‘Alawi amat dicintai oleh penduduk Makkah, Madinah, dan Hijaz. Setelah pencekalan beliau dari pengajaran umum dan khutbah, beliau mendedikasikan dirinya dalam pendidikan secara privat atas ratusan murid-murid dalam studi Islam, dengan penekanan atas orang-orang Asia Tenggara, di kediaman danmasjid beliau di jalan al-Maliki di distrik Rusayfa di Makkah. Dr. Zuhayr Kutbi dari Makkah menulis biografi beliau yang diterbitkan di Mesir tahun 1995. [dengan catatan yang dituylis oleh Syaikh Fakhruddin Owaisi al-Madani, semoga Allah membalas kebaikan padanya atas hal ini].

Lihat tulisan bagian ke-2 tentang saat-saat wafat beliau dari berita di surat kabar Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar